oleh Syahid Latif
Posted :13/04/2013
Liputan6.com,
Jakarta : PT PLN
(Persero) melaporkan pendapatan usaha perusahaan sepanjang 2012 mengalami
kenaikan sekitar 12% dari sebelumnya Rp 208 triliun menjadi Rp 232,7 triliun.
Kenaikan pendapatan tersebut dipicu penambahan jumlah pelanggan sebanyak
3.900.104 dan meningkatnya volume penjualan sebesar 4.892 Gigawatt Hour (GHw).
Tumbuhnya pendapatan perusahaan sayangnya tak diimbangi dengan perolehan laba bersih yang justru menurun. PLN mencatat laba bersih perusahaan pada 2012 anjlok Rp 2,2 triliun dari sebelumnya Rp 5,4 triliun menjadi Rp 3,2 triliun.
Sementara dibandingkan dua tahun sebelumnya, laba bersih perusahaan pada 2012 hanya sekitar 31,68% dari perolehan Rp 10,1 triliun pada 2010.
Kinerja keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terungkap dari keterangan tertulis laporan keuangan perusahaan yang diperoleh Liputan6.com, Sabtu (13/4/2013).
PLN melaporkan penurunan laba bersih perusahaan sepanjang 2012 terutama dipicu oleh meningkatkan rugi selisih kurs sebesar Rp 4,1 triliun dari Rp 1,8 triliun pada 2011 menjadi Rp 5,9 triliun pada 2012. Kerugian ini berasal dari translasi liabilitas perusahaan dalam mata uang asing, dimana tahun ini terjadi pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika (USD) meskipun disisi lain terjadi penguatan terhadap yen Jepang (JPY).
Penurunan laba bersih juga disebabkan transaksi non-cash sehingga tidak berpengaruh terhadap EBITDA perusahaan yang mengalami kenaikan sebesar 26,1%.
Peningkatan rugi kurs perusahaan sebesar Rp 4,1 triliun terdiri dari peningkatan rugi kurs Rp 8,0 triliun atas pinjaman-pinjaman yang mayoritas dalam mata uang dollar Amerika Serikat. Utang itu antara lain utang sewa pembiayaan atas penerapan ISAK 8 sebesar 45%, utang obligasi internasional sebesar 32%, utang bank sebesar 17%, dan liabilitas moneter lainnya (net off asset) sebesar 6%.
Namun disisi lain, perusahaan mampu meraih laba kurs sebesar Rp 3,9 triliun atas utang sewa pembiayaan PLTU Tanjung Jati B dan utang penerusan pinjaman yang mayoritas dalam mata uang yen Jepang.
Besarnya rugi kurs perusahaan ini menutup berbagai upaya penekanan biaya administrasi dan umum yang hanya naik 1,8%. Sementara kenaikan biaya kepegawaian hanya sebesar 1%.
"Kenaikan biaya administrasi dan kepegawaian juga di bawah angka laju inflasi. Hal ini menunjukan bahwa di tataran biaya yang dapat dikontrol secara langsung, PLN dapat mengendalikan dengan baik," ujar laporan tersebut. (Shd)
Tumbuhnya pendapatan perusahaan sayangnya tak diimbangi dengan perolehan laba bersih yang justru menurun. PLN mencatat laba bersih perusahaan pada 2012 anjlok Rp 2,2 triliun dari sebelumnya Rp 5,4 triliun menjadi Rp 3,2 triliun.
Sementara dibandingkan dua tahun sebelumnya, laba bersih perusahaan pada 2012 hanya sekitar 31,68% dari perolehan Rp 10,1 triliun pada 2010.
Kinerja keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terungkap dari keterangan tertulis laporan keuangan perusahaan yang diperoleh Liputan6.com, Sabtu (13/4/2013).
PLN melaporkan penurunan laba bersih perusahaan sepanjang 2012 terutama dipicu oleh meningkatkan rugi selisih kurs sebesar Rp 4,1 triliun dari Rp 1,8 triliun pada 2011 menjadi Rp 5,9 triliun pada 2012. Kerugian ini berasal dari translasi liabilitas perusahaan dalam mata uang asing, dimana tahun ini terjadi pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika (USD) meskipun disisi lain terjadi penguatan terhadap yen Jepang (JPY).
Penurunan laba bersih juga disebabkan transaksi non-cash sehingga tidak berpengaruh terhadap EBITDA perusahaan yang mengalami kenaikan sebesar 26,1%.
Peningkatan rugi kurs perusahaan sebesar Rp 4,1 triliun terdiri dari peningkatan rugi kurs Rp 8,0 triliun atas pinjaman-pinjaman yang mayoritas dalam mata uang dollar Amerika Serikat. Utang itu antara lain utang sewa pembiayaan atas penerapan ISAK 8 sebesar 45%, utang obligasi internasional sebesar 32%, utang bank sebesar 17%, dan liabilitas moneter lainnya (net off asset) sebesar 6%.
Namun disisi lain, perusahaan mampu meraih laba kurs sebesar Rp 3,9 triliun atas utang sewa pembiayaan PLTU Tanjung Jati B dan utang penerusan pinjaman yang mayoritas dalam mata uang yen Jepang.
Besarnya rugi kurs perusahaan ini menutup berbagai upaya penekanan biaya administrasi dan umum yang hanya naik 1,8%. Sementara kenaikan biaya kepegawaian hanya sebesar 1%.
"Kenaikan biaya administrasi dan kepegawaian juga di bawah angka laju inflasi. Hal ini menunjukan bahwa di tataran biaya yang dapat dikontrol secara langsung, PLN dapat mengendalikan dengan baik," ujar laporan tersebut. (Shd)
Sumber : http://bisnis.liputan6.com/read/560374/laba-turun-40-rugi-kurs-gerogoti-pendapatan-pln-2012
Opini :
Dari permasalahan yang dihadapi PLN,
dapat dilihat dari kinerja keuangannya dari sisi laba bersih perusahaan yang
cenderung menurun dari tahun sebelumnya. Padahal seharusnya jika pendapatan
naik yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah pelanggan namun laba bersihnya
tidak mengikuti bertambahnya jumlah pendapatan. Ini disebabkan karena
meningkatnya rugi selisih kurs dari translasi liabilitas mata uang asing.
Untungnya pihak PLN masih dapat mengatasi dan menutupi kerugian tersebut dan
dampak yang timbul. Kembali lagi pada kewajiban Bank Indonesia untuk mengatasi
melemahnya dollar Amerika, dapat dengan melakukan intervensi besar. Agar
perusahaan-perusahaan tidak mengalami yang signifikan dari permasalahan tersebut.
Pembuktian
jumlah laba dari aktikel di atas ,dilihat dari laporan keuangan(2012 – 2011) :
Tahun 2012
: 3205.524, sedangkan tahun 2011 : 5426.115
0 komentar:
Posting Komentar